Merajut Hati Yang Patah – Part 2

At some point in everyone’s life, pasti kita akan mengalami kedukaan/kehilangan. Bisa karena kematian, kehilangan pekerjaan, kehilangan kekasih, kehilangan hewan peliharaan, ataupun ketipu bisnis habis-habisan.

Setiap orang bergelut dengan kedukaan/kehilangan dengan cara beragam. Tapi, biasanya polanya sama. Seperti yang digambarkan Elizabeth Kübler-Ross dalam bukunya “On Death and Dying”, kedukaan/kehilangan terbagi dalam 5 tahap:

Tahap menolak fakta yang terjadi (denial)
Tahap terjadinya kemarahan terhadap fakta yang ada (anger)
Tahap tawar menawar untuk menolak fakta yang ada (bargaining)
Tahap merasa bersedih atas fakta yang terjadi (depression)
Tahap pasrah menerima fakta yang ada (acceptance)

Dalam proses melalui kedukaan/kehilangan dalam diri gw. Nggak semua 5 hal diatas gw alami. Dan urutannya pun, nggak sesuai seperti itu. Tapi itu nggak papa, setiap orang memaknai kedukaan/kehilangan dengan cara yang berbeda-beda kan? Kalo di gw urutannya lebih ke:

Anger, Acceptance, lalu Deppression.

ANGER

He’s cheated on me. Just thinking about it again will bring back all my anger. I know, it’s only the past. But whenever I think back on that moment, I feel so bad to my old self.

Kalo kata Rachel, temen gw, yang baru divorce: “Demented bastard are everywhere, and they always using a broken marriage as an excuses for cheating.”

Dan gobloknya, cowok-cowok ini kalo sudah ketangkep basah, kita sebagai perempuan selalu kembali memaafkan sambil berpikir “It’s okay, men are inherit to be a cheater once a while. It’s a women’s job to forgive and fix them.”

Ya.. tapi dengan begitu, kita salah. Membenarkan sesuatu yg sudah jelas salah seperti mengalikan apapun dengan nol. Makanya gw ngga merasa ada hal lain yang bisa dinegosiasikan lagi kalau sudah menyangkut kata “selingkuh“. I rather choose to leave.

Kemarahan dapat membuat fakta (atau kebenaran) yang ada terasa berat. Terus berbuat baik adalah hal tepat yang bisa kita lakukan. Memang pada saat kita dikuasai amarah, kita bisa menjadi hysterical dan brutal. Kita menjadi tak bisa menahan. Tapi, jika tidak ditahan, kita akan hidup penuh dengan penyesalan.

ACCEPTANCE

Pak Mardigu Wowiek pernah bilang, “People don’t change, even once dia dapet wisdom, pandangan dia hanya melebar saja. But surely, they will remain the same“. So, nggak salah dong kalo ada nasehat: a cheater, will always be a cheater. Well anyway, if a man cannot keep a promise with a woman, what else can he keep?

There is a latin epigram: if it’s false in one thing, then it’s false in everything. Dia tak akan kembali walau kita menangis. Sekarang kita sendiri. Sebisa mungkin kita harus tabah menerima semua keadaan ini. Walaupun getir dan pahit di hati.

Hal ini yang mendasari gw akhirnya menerima semua kepahitan gw dengan penuh rasa syukur. Nyatanya, melalui kehilangan atau tidak, hidup ini tetaplah hangat (sekaligus menyedihkan). Humans are build to endure all great sorrow in this world, so let’s start using our humanoid feature right now. We can do it!

DEPRESSION

To be in touch with a profound sorrow is never been easy. Gw hilang arah dan terus merasa kurang dan salah. Gw pasrah, cenderung menyerah. For months, I cannot sleep and eat well, cannot breath freely and I keep crying everywhere for no specific reason. It just felt hurt and pressing this chest deeper.

The pain feels so horrible.

Sulit sekali rasanya berusaha menggapai-gapai nafas. Terasa tenggelam namun berada diatas permukaan. Seisi dunia berputar, seperti komidi putar yang putarannya semakin cepat dan membahayakan.

So? Menangislah sepuasnya. Gak papa. It’s okay. Gwenchana. All is well. Everything will be allright.

Pada saat di puncak frustasinya, Dr. Ji (Drakor: The World of The Married) menangis di pinggir pantai sambil berencana bunuh diri. Kalo gw, waktu itu, malah nangis sejadi-jadinya di cafe, didepan temen gw yang bingung gw kenapa (karena gw udah nangis duluan sebelum bisa cerita panjang lebar). Hahahahah.. Sampe diliatin orang-orang. Well, I don’t really care. I need to get it out.

Sakit yang tertahan di dada bisa bikin konslet. Harus kita keluarkan. Tekanan itu harus dikeluarkan supaya nggak jadi stress. Remember, a continous stress can kill you.

Akhir kata, kita sebagai orang yang ditinggalkan harus hidup sebahagia mungkin. Kita terkadang akan menangis, tapi juga akan sering tertawa dan terus hidup dengan tegar. Itulah balasan yang tepat, atas semua nikmat hidup yang telah kita terima.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


*