Pria dan Puisi


“Jane, where are you?”

Membaca message dari lelaki itu di ponsel gw, detak di dada ini spontan terasa dialiri aliran listrik 15 juta Kilovolt. Suddenly stop beating, I feel very light and loose and I felt that there’s million sparkles around.

This man, sebut saja Bimo, has been so delicate, sympathetic, loyal, caring, untutored, gentle, and I am.. in love with him.

He’s the man I am looking for. Totally, head to toe. At least for current.

Senyum-senyum girang, gw mereply message dari dia: “Gw lagi di kosan bim, biasa lagi ngitung kancing, kira-kira siapa yang bakal traktir gw dinner malem ini”

Ngga lama ponsel gw kembali berbunyi: “kalo gitu gw aja yang traktir. Mau gw jemput atau.. Lo jemput gw?”

OMG. Another heart attack! He’s in town!

Gw berasa heng selama 10 menitan. Sambil berusaha mengumpulkan segenap jiwa raga gw yang tersisa, gw senam pernafasan sebentar, huffffttt. “Errrttt, Earth is calling Jane, errrtttt.. Please get back to earth.. Errrt, where the hell are you, Jane?!”. Gw pikir gw udah gilak. But it did happen. Gw beneran Heng!

I run crazily inside kostan gw sendiri! Padahal sempit lho kamar gw. Chaotic banget lah pokoknya. Bingung mau mandi apa nggak, mau pake minyak wangi yang kebuah-buahan atau yang keseksi-seksian, make warna alis coklat atau item, make kebaya kartini atau jeans+kaos aja, Ah I am too.. HAPPY!!
Sambil mengetuk-ngetukan jemari gw ke setir mobil, gw nunggu Bimo dideket tempat dia nginep. Rasanya resah. Kayak balon aer yang hampir pecah.

Gw bolak-balik nelen ludah sambil ngeliat kaca spion. Damn, it feels like forever for waiting him like this. Where is he? Is he okay? Does he know the road for getting to this parking lot? Is he really here? Is he still remember my car?

I can’t control my self. I fall for this guy. It’s been a while for I never met this kind of guy anymore, After ahmad, after Bilven, after I lost my Ahmad and my Bilven.

Dan gw akhirnya melihat siluetnya dari jauh. Still the same. Same old Bimo. Tinggi, Kurus, Ceking, dengan bahunya yang panjang dan lebar. Just wearing simple T-shirt and jeans. Of course, masih sama, megang rokok ditangan kiri. Yep, dia kidal.

Bimo mengetuk kaca jendela gw, “tuk-tuk”. Gw melirik sekilas. Pura-pura acuh. Kacamata Rayban Bimo, yang juga jadi kesayangan gw, tepat menempel dikaca dari sisi lainnya. Gw tersenyum sambil membuka kaca perlahan, “Lama nian, Tuan?”.

Bimo cuma tersenyum, menghisap rokoknya sekali, lalu membuangnya entah kemana. Dia memberi isyarat agar gw pindah dari posisi gw duduk. He’s taking the wheels.

Pikiran adalah puisi, pelaksanaannya adalah seni. Tapi mana bisa ada seni tanpa puisi? Segala yang baik, yang keramat, yang luhur, well.. segala yang indah dalam hidup ini buat gw adalah puisi.

Persis seperti Bimo. Bagi gw, dia adalah puisi. Dia seperti kata indah yang mendebarkan jiwa. Dia bak rima kalimat yang mampu melangutkan rasa.

Dia indah. Dia penjarah. Penjarah hati gua.
 
Gw ketemu Bimo secara nggak sengaja di kota yang berbeda. Bimo tinggal di Muara Enim, kerja di pertambangan batubara, sedangkan gw tinggal di Palembang yang jaraknya kurang lebih 8 jam via jalan darat. Biasalah, gw kenal Bimo karena ternyata dia adalah temennya temen gw. Setelah kenal lumayan akrab, kami kerap saling mengunjungi satu sama lain.

At first, I’m not paying so much attention to him. He’s just like ordinary guys with no special sparkle. Even Bimo betul-betul jadi makhluk extrateresterial buat gw. Until that day. The day that I have to be in his car for hours, stuck with him, only him. And we both did everything to kill the boredom.

We’re talking about politics, jokes, interests, hobby, routine activity, work, about shores and mountains. Listening U2 together for hours. Ugh, Gw menemukan orang yang betul-betul mampu berdialog dengan gw. Both way. Perfectly.

There are lots of ways to appreciate something. Can be appearance, can be substance. Bagi gw, isi dibalik krempengisme si Bimo adalah poetic. I fall for his substance. As we drifted to another place in time, this feeling of mine was so heady and sublime, I lost my heart to him.

Hari itu, Bimo juga cerita soal love lifenya dia. He is enggaged with a girl. And he loves her very much. They will get married next year. Pertamanya gw merasa kecewa. Tapi gw pikir, toh selama ini gw emang selalu jatuh cinta sama orang yang salah kok, makanya gw nggak ambil pusing. Gw nggak mengharapkan Bimo ngawinin gw jugak kan? Lagian, gw cuma seneng aja punya temen ngobrol di tempat asing kaya gini, Hahaha..
Bimo bagi gw adalah laki-laki bebas. Dia bisa menentukan langkah dan tujuan hidupnya dan dia konsisten dan persistent terhadap hal yang dia pilih. Ketabahannya itu yang bikin gw jatuh cinta sama dia.

Dia bisa saklek sekaligus fleksibel dalam waktu yang bersamaan. Dia bisa basah dan kering dalam waktu yang bersamaan. Dia bisa jadi santa sekaligus jadi pit hitam berbarengan. Dia mampu menjadi tiada dalam suatu keadaan. Dualisme yang dia miliki bukan merupakan suatu ke’plin-plan’an buat gw, melainkan suatu hal yang sangat extra-ordinary dan poetic.
 
“Jane, U2 mau manggung di Bali..” katanya singkat.

“O really?” Jawab gw surprised.

Gw tatap matanya lekat-lekat. Ada ketenangan yang gw temukan disana. Bimo tertawa. Ada emosi yang tertanam juga disana.

“Jane, will you come to my wedding..?” katanya singkat.

“I will..” Jawab gw tenang.

Bimo mungkin tau tentang segala rasa yang berkibar di dada gua. Rasa itu terasa transparant sekali. But we both know, it’s impossible to continue our relationship to futher step. We both know it’s forbidden.

Malam itu, safely, gw anter dia ke tempat dia nginep. He say take care and good bye like usual. 
Diiringi Electrical Storm-nya U2, gw balik ke kosan. Rasanya lega sekali. It’s been a while gw nggak merasa jatuh cinta seperti ini.

Have you ever thought that you love a man so much that you will not be at peace until you see him? On the contrary, your sanity and sober mind take place. They keep telling you that actually it’s possible for you to make he loves you and no other can do that or should do that.

Ya ampun, it feels so complicated. Comme il fault, as it should be. Complicated.

“Innallaha ma ‘ashshabirin, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” Bathin gw sambil mengurut dada. Ya Allah, ada dua orang nggak ya, yang kayak Bimo? Kalau bisa yang idle ya? Aku mohon, ya Allah. Dan gw tertidur sambil tersenyum setelahnya.[]

If you want to ease the pain, you can lean from me, my love will still remain..
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


*