Belakangan, gw menemukan teori bahwa besar kecilnya sakit hati kepada seseorang dapat secara tepat ditakar dari seberapa berarti seseorang bagi hidup kita.
Dan menurut gw, sakit hati itu bukan dendam, bukan irony, bukan juga rasa kecewa akibat suatu sebab yang endingnya nggak sesuai terhadap apa yang kita harapkan. Atau, sakit hati, bukanlah suatu hal keji yang mampu merubah seseorang biasa menjadi kriminal.
Sakit hati, bagi gw hanyalah seupil efek yang timbul disaat kita berusaha melepas apa yang kita anggap sebagai milik kita (padahal pada kenyataannya: BUKAN). Agak sarkastik, gw perjelas artinya sebagai greedy atau tamak.
Tamak untuk tidak berbesar hati mengakui bahwa Tuhan sesungguhnya maha adil, sehingga jika kita merasa hidup ini tidak adil, lantas kita sakit hati.
Atau, tamak untuk tidak berbesar hati mengakui bahwa kita hidup untuk saling berbagi kasih, sehingga jika kita hanya berbagi tanpa menerima bagian, akhirnya ada acara sakit hati.
Atau, tamak untuk tidak berbesar hati mengakui bahwa kita terlahir untuk mencintai, sehingga jika toh tidak dicintai, ujungnya sakit hati.
Gw pernah merasa mencintai seseorang. Gw menyelipkan kata ‘merasa’, karena belakangan gw tahu, bahwa orang ini sama sekali nggak merasa dicintai dengan cara gw mencintainya.
Saat ini gw berusaha berbesar hati untuk menyadari bahwa sebetulnya nggak ada cinta dibalik semua perhatian, kasih, janji, kata indah, dan sejuta rayuan dari lelaki ini. Tapi entahlah, untuk membesarkan hati ternyata sakitnya bukan main.
Dalam keadaan jatuh cinta kita menangkap senyuman sebagai perhatian, kita menemukan realitas lain bahwa sebait kata janji sebagai sesuatu yang istimewa. Mereka yang jatuh cinta sebenarnya sedang mendustai, mengubah realitas yang ada. Dusta tak lain dan tak bukan adalah bentuk lain dari cinta.
Jadi tersadar sejenak (dan tersenyum lagi tentunya) saat mendengar dialog dari sebuah film komedi lokal:
Pria 1 : Lepasin gw! Biarkan gw pergi! Lo tau, ketika kata sudah ngga bermakna, biarkan golok gw yang bicara..!!!
Pria 2 : Tenang bung!! Tahan diri!! senjata tajam tak hanya membunuh manusia, tapi juga bisa membunuh reputasi!!
Hahaha, gw jadi malu, gw nggak ada bedanya dengan pria di film itu. Membawa ‘golok’ untuk menyelesaikan masalah. Bukannya selesai, bisa-bisa malah gw yang ‘terbunuh’ karena gw memegang ‘golok’ tadi tanpa kesadaran penuh akan fungsi dan efek yang akan diakibatkan si ‘golok’.
Gw tau, saat ini, gw mengalami kegagalan. Kegagalan untuk sebuah penantian berumur 10 tahun, kegagalan untuk membuat diri gw percaya bahwa gulungan cinta dan waktu itu saling terkait satu sama lain. Lewat kegagalan itu, gw menerima jika cinta ya cinta, tak ada kaitannya sama sekali dengan ‘waktu’ yang ditarik, demi timbulnya benih bernama cinta.
Gw jadi ngikik sendiri, menertawakan kebodohan gw, teringat emak gw yang sering menghibur pada saat gw bad mood: ‘tenang ndut, kegagalan adalah sukses yang menghindar’. Hahaha..
Setidaknya sakit hati itu mulai hilang, hati gw mulai membesar sekarang. Sometimes, the person that we love the most, is the hardest to be loved, demikianlah aturan mainnya, kita harus sepenuhnya sadar akan hal itu, supaya nggak tamak, supaya nggak sakit hati. []